Apa Itu Asam Fitat?
Apa Itu Asam Fitat dalam Jagung?
Bagaimana Jumlah Asam Fitat dalam Jagung?
Bagaimana Dampak Kandungan Asam Fitat dalam Jagung?
Bagaimana Cara Mengurangi Asam Fitat dalam Jagung?
Bagaimana dampak Asam Fitat Jagung terhadap nilai Daya Cerna Protein dalam
Protein Efficiency Ratio (PER)?
Bagaimana dampak Asam FitatFitase Jagung terhadap Boavailabilitas Mineral Zeng/
Zink (Zn) dalam Tubuh?
Semua ada di dalam http://amaliakhufyatunnisadisini.blogspot.com yaa. Silahkan
cek di berandanya yaa, lengkap lah :)
ASAM FITAT DALAM JAGUNG
Jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan
padi. Beberapa penduduk
daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung
sebagai makanan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
saat ini ditanam terutama untuk memenuhi kebutuhan unggas pada pabrik makanan
ternak serta hasil sampingannya digunakan sebagai makanan ternak dari batang, daun, maupun tongkolnya (PT. iPASAR, 2010). Seiring dengan pesatnya
perkembangan industri ternak,
maka semakin
tinggi pula permintaan
jagung sebagai bahan baku pakan ternak (Fernando,
2009).
Gambar Jagung (Zea mays L.)
Jagung mengandung pati, protein, asam lemak, dan mineral-mineral
essensial seperti K, Na, P, Ca, Fe, dan Zn. Kekurangan dari makanan atau pakan
yang menggunakan jagung adalah karena selain mengandung senyawa yang berguna
bagi tubuh, jagung juga mengandung senyawa antinutrisi berupa asam fitat
sebesar 0.29% (Sari, 2012).
Asam fitat (mio-inositol heksakisfosfat) merupakan bentuk
penyimpanan fosfor terbesar pada tanaman serealia dan
leguminosa. Sekitar 60–90% mineral fosfor tanaman terdapat sebagai asam
fitat atau garamnya yang mempunyai kemampuan mengikat protein, pati, maupun
berbagai mineral (Yuanita,
2010). Asam fitat mempunyai muatan negatif pada pH rendah, pH netral dan pH
tinggi, sehingga asam fitat dapat berikatan dengan mineral seperti P, Ca, Mg,
Zn serta protein yang mempunyai asam amino bermuatan positif seperti lisin,
histidin, arginin.
Terikatnya mineral-mineral dan protein menyebabkan mineral
dan protein sukar dicerna dan tidak dapat diserap tubuh. Sehingga
baik makanan atau pakan yang terbuat dari jagung memiliki efek yang kurang baik
terhadap pertumbuhan tubuh/ ternak karena dapat menyebabkan gangguan
absorbsi baik mineral maupun protein (Hasim, 2010). Hal tersebut diperkuat
dengan Kornegay (2001) dalam Irianingrum (2009) yang menyatakan bahwa terikatnya Zn dan protein oleh
asam fitat akan membentuk kompleks fitat-Zn dan fitat-protein yang sukar larut
dan tidak dapat diserap oleh dinding usus ternak. Defisiensi protein dapat
menghambat proses pertumbuhan dan menghambat banyak reaksi metabolisme dalam
tubuh dan defisiensi logam mikro esensial Zn dalam tubuh dapat menimbulkan
penyakit genetik, stress traumatik, depresi imunitas anorexia (Arifin, 2008).
Selama ini masalah tersebut belum menjadi perhatian banyak pihak
terkait, baik oleh industri pakan, peternakan maupun oleh konsumen. Sehingga
perlu adanya upaya untuk meminimalkan kadar fitat dalam jagung agar dapat
meningkatkan kualitas gizi jagung terutama daya cerna
protein dan bioavailabilitas Zn.
Hasil penelitian Irianingrum (2009) menunjukkan bahwa menurunkan
kadar fitat dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik,
termasuk protein. Begitu juga dengan hasil penelitian El-Niely (2007) yang
menunjukkan bahwa penurunan kadar fitat dapat meningkatkan daya cerna protein
yang diukur berdasarkan Protein Efficiency Ratio (PER).
Langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kadar fitat
dalam jagung antara lain melalui perendaman (dengan beberapa pelarut seperti
air dan asam-asam organik), pemanasan, perebusan, pengukusan, fermentasi,
maupun melalui penambahan enzim fitase (Mulyati, 2011). Hasil penelitian Mulyati (2011) menunjukkan bahwa perlakuan terbaik
penurunan kadar asam fitat jagung adalah pada perendaman jagung dengan asam
sitrat 9% selama 12 jam dan dengan penambahan fitase 250 ยตL/50 mL.
Menurut Ismangil (2005), asam sitrat dipilih sebagai pelarut asam fitat karena asam sitrat memiliki gugus karboksil (COO-) dan gugus hidroksil (OH-) sehingga mampu mengkelat logam pada senyawa fitat. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sukria (2004) juga menunjukkan bahwa asam sitrat dapat membentuk komplek dengan logam yang terikat dengan fitat. Begitu juga dengan hasil penelitian Ekholm (2000) yang menyatakan bahwa asam sitrat merupakan agen pengkelat logam Ca, Zn, Mg, dan Mn yang paling efisien. Berikut merupakan sambar struktur dari asam sitrat:
Gambar Struktur dari Asam Sitrat.
Selain dengan asam sitrat, penurunan kadar fitat dapat dilakukan
dengan fitase. Hurrell (2002) dalam Yuanita (2010) mengatakan bahwa melalui teknik enzimatis
sangat mungkin terjadi degradasi sempurna terhadap fitat serealia maupun
kacang-kacangan karena fitase mempunyai kemampuan menghidrolisis asam
fitat yang terkandung pada bahan pakan menjadi senyawa inositol dan glukosa
serta senyawa fosfor organic (Sari, 2012). Berikut merupakan gambar reaksi
antara asam fitat dengan fitase:
Gambar Reaksi Antara Asam Fitat Dengan Fitase
Beberapa bakteri seperti B. amyloliquefacens, B. subtilis,
A niger, A. oryzae dan A. terreus dilaporkan
mempunyai aktivitas fitase (Greiner, 2006). Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Yuanita (2010) yang mengatakan bahwa bakteri Bacillus
subtilis yang diisolasi dari pegunungan kapur Holiwood Gresik
mempunyai aktivitas fitase yaitu 0.272 U/mL.
Hasil penelitian, Debnath (2005), Vielma (2004) dan Kornegay (1996) dalam Ling (2000) menunjukkan bahwa suplementasi fitase pada pakan mampu meningkatkan kecernaan protein tubuh. Begitu juga dengan hasil penelitian Setiyatwan (2007), Vielma (1998), dan Yan (2002) yang menunjukkan bahwa suplementasi fitase mampu meningkatkan biavailabilitas Zn.
Terimakasih sudah membaca postingan ini sampai selesai. Jika dirasa bermanfaat, bisa like, komen dan atau share yaa. Jika kamu menyukai postingan di blog ini jangan lupa untuk meng-klik tombol ikuti. Terimakasih banyaaak :)
Makasih ๐๐
BalasHapus